Cerpenku :D
Salah Persepsi~
Karya : @citayanaFR_
“Deg, antar aku ke kamar
mandi yuk? Hehe.”
“Wah, aku gak bisa Ra. Nah
sama, abang aja deh ya.”
“Hmm, ya udah deh. Kenapa
gak bisa? Kamu gak ngapa-ngapain to?”
“Hehe, aku nunggu
seseorang Ra. Kan mumpung istirahat, dia biasanya jajan di luar. Udah sana,
kamu ke kamar mandi gih malah pipis disini lagi. Hahaha.”
“Wih, seseorang. Siapa
tuh? Boleh tau? Ah, ga jadi dah Deg. KEPOO. Hehe.”
“Ada deh. Udah sono, kepo
aja. Bang, Rara minta anterin ke kamar mandi nih.”, Degi setengah berteriak.
Rara, yang setengah kepo
itu pun ke kamar mandi juga. Diantar oleh Abang, suaminya. Hahaha, bukan. Abang
adalah salah satu teman perempuannya di kelas. Nama aslinya, Mei Yanti. Cantik,
tapi sayang sumper tomboy. Maka dari itu, “disapa” Abang di kelas dan baiknya
Mei menerima dengan lapang dada.
Selesai dari KM, Rara dan
Abang kembali ke kelas. Degi masih di depan kelas, pikir Rara. Sosok yang
disebut –seseorang- pun menganggu pemandangan yang dilihatnya.
“Bang, itu siapa sih?
Temannya Degi? Kok aku gak pernah ngeliat ya? Apa anak baru? Hmm, siapa
namanya? Kira-kira dia laki atau perempuan yak? Hahaha”
“Bushet dah, lu tu
nanyanya bikin gue bingung. Ya ya, percaya yang paling pinter di kelas.”
“Eh, paling pinter ngapain
dibawa? Belum dijawab lho pertanyaanku. Siapa sih dia?”
“Gak tau ya lu? Itu adik
kelas kita, kelas VIII Z. Namanya Zama, setahu gue sih itu –bribikan-nya Degi
dah. Mau tanya apa lagi, anak PALING PINTAR?”
“Tuh kan, paling pintarnya
dibawa. Oh, pantesan kelas paling pojok tuh. Bribikan? Adik kelas? Ga salah?
Aneh.”
“Hehe, gue bercanda doang
kok jangan dibawa hati. Kan kenyataannya emang benar. Yaa, yang gue denger sih.
Tapi, gak tau juga sih. Hehehe.”, Abang memasang muka cengegesan.
Oh, itu ternyata kenapa
akhir-akhir ini Degi bawaannya senang terus. Jatuh cinta mungkin? Haha, pikiran
Rara berkecamuk. Memang bukan urusannya, tetapi dia rasa ada yang aneh. Seperti
hobinya yang super detektif, dia mencari tau tentang “Zama”.
###
Fiuhh capek banar dah hari
ini, pikir Rara. Bersama kelas IX yang lain, Rara pulang sore karena mengikuti
les. Seusai mengganti seragamnya dengan T-shirt biru bergambarkan Doraemon dan
cuci muka, Rara berwudhu lalu sholat. Selesai sholat, dia segera mengambil
cemilan dan meraih laptop yang berada di ruang tengah.
Berselancar di dunia maya,
Rara membuka akun facebook-nya. Terdapat 31 pemberitahuan selama 1 minggu dia
tak membuka facebook. Dua belas permintaan pertemanan baru dan 0 pesan. Mencari
profil Zama adalah kelanjutannya. Hmm, lumayan juga wajahnya meskipun eksotis.
Dari status hampir semua bertemakan percintaan. Pujangga kali, yee. :D
“Dia belum berteman
denganku pantas saja aku tak mengenalnya”, gumam Rara.
“Aku add gak ya, masak
kakak kelas nge-add adik kelas. Kan gak banget.”, Rara kembali bergumam.
“Ciee kakak, nge-add siapa
kak? Wih, kakak mau cari pacar ya? Aku bilangin mama, ya?”, Risha muncul dari
belakang Rara.
“Eh, pacar-pacar. Siapa
juga, dik? Ini adik kelas kakak. Nggak sopan ya kamu. Masuk ke kamar kakak
tanpa permisi. Ketuk dulu atau gimana.”
“Apa kak? Kamar? Ini kan
ruang tengah kak? Gimana sih, wahh gara-gara siapa tuh namanya. Oh, Zama. Ciee,
mau UN lho kakak ini.”
“Eh iyaa, hehe. Hadehh,
bukan lha dik. Kakak masih capek ini, jadi pikirannya rada kacau. Udah sana,
mandi. Bau badan kamu sampai sini lho!”
“Hmm, ya iya. Eh, gak ada
sejarahnya ya kak, Risha itu bau. Kakak kali, nuduh-nuduh.”
“Ya iya dah, kakak ngalah.
Kakak yang bau”
“Nah, gitu dong. Kakakku
yang cantik dan bau. Hahaha.”
“Ehh dasar yaa. Awas kamu”
Malam itu, malam minggu.
Terasa kelabu bagi Rara yang sekitarnya sedang berbahagia. Papa sedang
menghitung keuntungan yang fantastis dari usaha. Mama mendapatkan arisan pada
bulan ini. Risha senang bisa membeli boneka dari uang tabungannya. Rara? Dia
sibuk menyelesaikan tugas Matematika nya yang harus dicicil mulai sekarang.
Semacam kredit atau hutang saja, pakai dicicil.
###
Senin tiba, waktunya menjalani
rutinitas seminggu ini di sekolah. Melaksanakan upacara dan kembali ke kelas
memulai pelajaran. Karena guru belum datang, Rara mendekati Degi yang sedang
sibuk dengan kaca nya. Mungkin bermaksud untuk mengacaukan pengacaannya. :D
“Zamaa, kaca nya boleh
pinjam gak?”
“Eh, kamu tahu dia Ra?
Wah, jangan-jangan bribik dia juga lagi. Dia punyaku tahu.”
“Hadeh, siapo jugo hee?
Eh, bener ya namanya Zama. Cieeee, PJ PJ lho? Hahaha.”
“Yah, belum Ra. Aku belum
jadian sama dia. Gampang mah, kalau PJ PJ. Makanya, bantuin aku ya. Doa aja gak
papa kok. Hehe.”
“Wih, bener lho ya? Haha.
Sip, oke dah. Emangnya hubunganmu dengan dia sudah seberapa?”
“Ya kira-kira 75% lha Ra.
Hehe. Dia juga udah ngasih kode ke aku.”
“Hmm, kembali ciee. Haha,
udah smsan juga? Boleh liat gak?”
Tetapi sayang seribu
sayang, Bu Esti guru ter-killer datang. Beliau guru fisika khusus ada saat
menjelang UN di kelas IX F. Cukup mengacaukan pembicaraan Rara dengan Degi.
Rara bergegas kembali pada tempat duduknya dan Degi membersihkan mejanya yang
berantakkan.
“Degi, ngapain kamu bawa
kaca ke sekolah? Di sini kamu itu belajar bukan malah dandan!”, Bu Esti dengan
nada tinggi.
“Ma maafff, Bu. Saya bukan
bermaksud untuk dandan. Ini hanya saya gunakan kalau kerudung saya tidak rapi,
Bu. Maaf kan saya, Bu”, jawab Degi gugup.
“Kamu kan bisa ke kamar
mandi, tak perlu membawa kaca. Mengerti seisi kelas?”
“Mengerti, Bu”, jawab
sekelas IX F.
Seusai diberi ceramah,
Degi meletakkan kacanya di laci. Entah besok? Degi kembali membawa kaca nya
atau tidak. Rara pikir masih, karena itu kebiasaannya setiap hari. Membawa kaca
dan baru kali ini ketahuan, guru ter-killer lagi. Wow. . Degi juga mengedipkan
mata pada Rara. Mungkin pertanda “Oke” untuk tadi. Se—begitu—nya Degi dengan Rara,
sampai-sampai memperbolehkan untuk membaca sms. Padahal jelas-jelas itu
privasi, semacam di facebook saja. Hahaha, hipotesis Rara dalam hatinya.
Istirahat pertama
berlangsung, kali ini Degi yang menghampiri Rara. Melempar handphone miliknya
ke Rara dan memperbolehkan Rara untuk membaca sms.(*melempar?) Hmm, pikir Rara.
Ini yang mulai siapa yee. Rara eh Degi atau Zama. Kenapa dominan Degi, coba?
Bentar, Zama juga memberi emot :-*.
Huuu, semakin berbunga pasti Degi. Wih, menanyakan sudah makan atau belum pula.
Kalau belum kenapa? Mau bayarin makan? Pikir-pikir dulu deh, Degi kan nafsu
makannya lumayan baik. Haha, lanjut Rara dalam hati. Rara diam seribu termenung
ketika ada satu kata dari Zama ketika berucap “aishiteru” ke nomor Degi
diakhiri emot J
“Dia udah ngomong
aishiteru tuh? Ciee, nyatanya udah gini kok? PJ PJ lho Deg. Tapi kok, kenapa dia bilang salah kirim?”
“Iyaa sih, emang udah.
Menurut kamu gimana Ra?.”
“Hmm, gimana ya? Mungkin
dia masih ragu. Tapi aku gak tau juga dah.”
“Ragu gimana Ra? Aku kan
juga suka sama dia. Itu kan nggak aku bales lagi, aku bingung mau jawab apa.”
“Hmm, okay dah. Diamkan
saja dulu, paling-paling nanti juga sms lagi dia. Keep spirit aja dah. Tetep
focus sama UN juga lho? Jangan Zama aja yang dipikirin, ke-PD-an nanti dia
kalau tahu. Hihihi.”
“Oke dah, Ra. Makasih kamu
emang pintar dah.”
“Amin. Hehe.”
###
Waktu ujian semakin dekat,
kurang lebih 2 bulan lagi. Sebulan pula tentang “aishiteru” berlalu. Rara tak
juga menanyakan lebih dalam lagi. Degi pun diam pertanda mengerti bahwa anak
pintar itu pasti sibuk dengan focus nya. Tetapi akhir-akhir ini Degi tak lagi
di luar kelas menunggu -seseorang- setiap jam istirahat. Degi lebih sering berada di dalam kelas ketika istirahat.
Sampai pada jam pulang sekolah, sore itu Rara kembali mendekati Degi.
Menanyakan tentang satu hal. Adik kelas Rara maupun Degi yaitu :
“Gimana hubunganmu dengan
Zama? Dia sms lagi kah?”
“Iya, dia sms lagi kok
Ra.”
“Terus? Kenapa kamu nggak
semangat gini? Ada something? Cerita dunks?”
“Diii diiaa”, Degi
terisak.
“Dia kenapa? Aduh, kamu
kenapa mau nangis?”
“Dia udah punya pacar, Ra.
Dia emang salah kirim sebulan lalu. Huhuhu.”
“HAH? Ga salah? Kapan
pacarannya? Lho lho, nggak salah ngomong kan kamu”
“Enggak, Ra. Aku pengen
cerita sama kamu, tapi kelihatannya serius terus sama materi. Huhuhu.”
“Ya ampun, kamu cerita aja
lagi. Sesibuk apapun aku pasti dengar cerita kamu. Okay, sabar aja. Move On,
kamu sekarang focus aja sama UN yaa.. Lupakan dia, masih banyak yang lain lah.
Lagian dia kan juga adik kelas, Deg. Key? Maaf ni, emang Zama jadian tanggal
berapa?”, sambil menepuk bahu Degi.
“Oke, Ra. Makasih ya. Katanya
tanggal 31-01-12, Ra. Kenapa?”
“Sip. Oh, gak papa kok.** Senyum dong, say. Haha.”
“Oke, beb. Haha.”
Tersenyum:: Teman yang baik~
Komentar
Posting Komentar