Contoh Mengonversi Teks Prosedur Kompleks #TugasSekolah
Mengonversi Teks Prosedur Kompleks
Pemilih Awal
Angin berhembus
pelan, menyapa hamparan sawah yang menguning. Ujang baru saja menyelesaikan
pekerjaannya, membantu tetangga mengurus sawah. Hitung-hitung mencari uang
tambahan untuk sekolah. Dia beristirahat sejenak dengan Pak Oblo di gubug
pematang sawah.
Ujang :”Panas sekali, Pak.” (sambil mengibaskan
kipas anyaman)
Pak Oblo :”Iya,
Jang. Hari ini memang panas. Nah, ini bayaran kamu.” (menyerahkan beberapa lembar uang)
Ujang :”Terima
kasih. Saya boleh tanya sesuatu, Pak?”
Pak Oblo :”Boleh,
Nak. Mau tanya apa? Saya akan jawab dengan senang hati.”
Ujang :”Tahun
ini saya boleh ikut pemilu, Pak. Waktu pilkades kan bapak jadi Ketua KPPS di
desa. Saya kurang tahu tentang tata cara pemilu, bapak bisa jelaskan?”
Pak Oblo :”Oh,
itu. Tahun ini menyoblos, Jang. Sudah terdaftar dalam daftar pemilih tetap?”
Ujang :”Oh,
sudah Pak. Mendekati bulan pemilu nanti akan diberi surat pemberitahuan dan
kartu pemilih kan, Pak? Sebagai syarat juga untuk menyoblos.”
Pak Oblo :”Seratus,
Jang. Kamu harus membawa itu saat pemilu nanti. Kalau nggak ya, harus ke rumah dulu.”
(tertawa)
Ujang :(ikut
tertawa) ”Iya, Pak. Langkah pertama bagaimana, Pak?”
Pak Oblo :”Kamu
harus menyerahkan surat pemberitahuan dan kartu pemilih
kepada petugas KPPS 4 yang berada di dekat pintu masuk TPS, Jang.”
Ujang :”Untuk
apa, Pak?”
Pak Oblo :”Supaya
petugas KPPS 4 dapat mengecek dan memberikan nomor urut kedatangan untuk
memilih, Jang.”
Ujang :”Oh,
begitu. Langkah selanjutnya, Pak?”
Pak Oblo :”Tunggu
sampai nomor urut dipanggil ketua KPPS. Kamu bisa duduk dulu, Jang. Kalau sudah
dipanggil, serahkan surat pemberitahuan dan perlihatkan kartu pemilih. Kamu
akan diberi surat suara dalam keadaan terbuka, Jang.”
Ujang :”Hmm,
kenapa diberikan dalam keadaan terbuka, Pak? Bukan kah dapat dibuka di bilik
suara, Pak?”
Pak Oblo :”Supaya
kita dapat tahu surat suara dalam keadaan baik atau rusak, Jang.”
Ujang :”Oh
saya mengerti, Pak. Langkah ketiga, menyoblos di bilik kan Pak? Hehehe.”
Pak Oblo :(berganti
posisi duduk) ”Benar. Nah, kamu bebas memilih sesuai dengan pilihan kamu. Ingat, asas Luber
Jurdil. Jadi, nyoblosnya hanya satu kali di
kolom foto atau nama calon dengan alat pencoblos, Jang.”
Ujang :”Iya,
Pak. Saya ingat, pernah dipelajari waktu SMP.”
Pak Oblo :”Bagus. Oh ya, jangan
menambah tulisan atau catatan lain pada surat suara. Surat
suara bisa menjadi
tidak sah, Jang.”
Ujang :(menganggukkkan
kepala) “Percuma saja ya Pak, kalau tidak sah. Langkah selanjutnya, Pak Oblo?”
Pak Oblo :”Benar,
Jang. Langkah keempat, lipat surat suara seperti semula dan masukkan ke kotak
suara. Usahakan tandatangan Ketua KPPS tetap terlihat, Jang. Ingin tahu langkah
selanjutnya?”
Ujang :”Hehe,
iya Pak.”
Pak Oblo :”Ini
langkah terakhir, Jang. Celupkan kelingking kiri kamu dengan tinta. Biasanya
terletak di dekat pintu keluar. Ini sebagai tanda
khusus bahwa kamu telah menggunakan hak pilih dalam pemilu.”
Ujang :”Setelah
itu boleh pulang, Pak?”
Pak Oblo :”Tentu
saja. Sudah mengerti kan tata cara memilih?”
Ujang :”Sudah,
Pak. Mudah juga ya, Pak. Terima kasih atas informasinya. Boleh saya pulang
sekarang?”
Pak Oblo :”Iya,
Jang. Sama-sama. Boleh, sepertinya adzan magrib juga hendak berkumandang.
Hati-hati, Nak.” (sambil menepuk bahu)
Ujang :”Baik
Pak. Terima kasih. Assalamu’alaikum.” (cium tangan)
Pak Oblo :”Wa’laikumsalam.”
(menatap Ujang yang berlalu dan pulang dengan jalan lain)
Komentar
Posting Komentar