Ayat-Ayat (Tugas Agama)


Aktivitas Siswa halaman 48:
1.       Cari ayat-ayat al Qur’an yang menantang manusia untuk merenung dan meneliti dengan ciri-ciri di antaranya menggunakan kata (yang artinya) BERPIKIR, BERAKAL, BERTADABBUR, MELIHAT, dan sejenisnya!
2.       Cari asbabun nuzul dan tafsir ayat-ayat tersebut dalam kitab tafsir modern baik langsung maupun melalui internet!
3.       Amati gambar 3.9 di bawah ini dan berikan tanggapan terhadap fakta temuan tentang laut dua warna di bawah ini! Diskusikan dan buat laporan hasil kegiatan bersama dengan teman sekelompokmu!
4.       Temukan keajaiban lain dalam dunia laut dan diskusikan dengan teman sekelompokmu! Buat laporan hasil kegiatan dan presentasikan di depan kelas!

Jawaban:
1.       Ayat-ayat dalam al Qur’an
a)      Berpikir (Surah Al Baqarah ayat 219)
Capture.JPG
b)      Berakal (Surah Al Imron ayat 190-191)
Capture1.JPG
Capture2.JPG
c)       Bertadabbur (Surah Al Maidah ayat 83)
capture3.JPG
d.)    Melihat (Surah An Nisa ayat 58)
       Capture11.JPG
               
        
       
     
     
    

2.       Asbabun nuzul dan tafsir ayat
a)      Berpikir (Surah Al Baqarah ayat 219)
·         Asbabun nuzul:
Di dalam hadits riwayat Ahmad dari Abu Hurairah diterangkan sebab turunnya ayat tersebut sebagai berikut : Ketika Rasulullah SAW datang ke Madinah, didapatinya orang-orang minum khamr dan berjudi (sebab hal itu sudah menjadi kebiasaan mereka sejak dari nenek moyang mereka). Lalu para shahabat bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hukumnya, maka turunlah ayat tersebut. Mereka memahami dari ayat tersebut bahwa minum khamr dan berjudi itu tidak diharamkan, tetapi hanya dikatakan bahwa pada keduanya terdapat dosa yang besar, sehingga mereka masih terus minum khamr.
·         Tafsir:
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan :
Maka ayat ini (Al-Baqarah : 219) merupakan pendahuluan bagi pengharaman khamar secara total. Pengharaman dalam ayat ini secara sindiran & tidak jelas. Oleh karena itu setelah Umar membaca ayat ini, dia berkata,”Ya Allah, terangkanlah kepada kami ihwal khamar sejelas-jelasnya.” Kemudian turunlah penjelasan pengharamannya dalam surah Al-Ma’idah (5) : 90-91[16].
b)      Berakal (Surah Al Imron ayat 190-191)
·         Asbabun nuzul:
As-Suyuthi dalam kitabnya menyebutkan mengenai asbabun nuzul Surah Ali-‘Imran ayat 190 dengan mengutip hadits riwayat ath-Thabrani. Ath-Thabrani dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Orang-orang Quraisy mendatangi orang-orang Yahudi dan bertanya kepada mereka, ‘Apa tanda-tanda yang dibawa Musa kepada kalian?’ Orang-orang Yahudi itu menjawab, ‘Tongkat dan tangan yang putih bagi orang-orang yang melihatnya.’ Lalu orang-orang Quraisy itu mendatangi orang-orang Nasrani, lalu bertanya kepada mereka, ‘Apa tanda-tanda yang diperlihatkan Isa?’ Mereka menjawab, ‘Dia dulu menyembuhkan orang yang buta, orang yang sakit kusta dan menghidupkan orang mati.’ Lalu mereka mendatangi Nabi SAW, lalu mereka berkata kepada beliau, ‘Berdoalah kepada Tuhanmu untuk mengubah bukit Shafa dan Marwah menjadi emas untuk kami.’ Lalu beliau berdoa, maka turunlah firman Allah
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (HR. ath-Thabrani)
·         Tafsir:
Menurut Ibnu Kasir dalam tafsirnya mengatakan, riwayat ini sulit dimengerti, mengingat ayat ini adalah ayat Madaniyyah, sedangkan permintaan mereka yang menghendaki agar bukit Shafa dan Marwah menjadi emas adalah di Mekah.  Namun demikian riwayat ini menjelaskan mengenai sebab turunnya Surah Ali-‘Imran ayat 190 dan sebagai penjelas baginya.

c)      Melihat (Surah An Nisa ayat 58)
·         Asbabun Nuzul:
Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih dari Al Kalbi dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas: bahwa setelah Fathu Makkah (pembebasan Mekah) Rasulullah Saw memanggil Utsman bin Thalhah untuk meminta kunci Ka’bah, Ketika Utsman datang menghadap Nabi untuk menyerahkan kunci, berdirilah Abbas dan berkata: “Ya Rasulallah, demi Allah serahkan kunci itu kepadaku untuk saya rangkap jabatan tersebut dengan jabatan siqayah (urusan pengairan)”. Utsman menarik kembali tangannya. Maka bersabdalah Rasulullah: “Berikanlah kunci itu kepadaku wahai Utsman!” Utsman berkata: “Inilah dia, amanat dari Allah”, maka berdirilah Rasulullah membuka Ka’bah dan terus keluar untuk thawaf di Baitullah. Turunlah Jibril membawa perintah supaya kunci itu diserahkan kepada Utsman. Rasulullah melaksanakan perintah itu sambil membaca ayat tersebut di atas (An-Nisaayat 58).
Diriwayatkan oleh Syu’bah di dalam tafsirnya dari Hajaj yang bersumber dari Ibnu Juraij: bahwa turunnya ayat ini (An-Nisaayat 58) berkenaan dengan Utsman bin Thalhah. Ketika itu Rasulullah Saw mengambil kunci Ka’bah darinya pada waktu Fathu Makkah. Dengan kunci itu Rasulullah masuk Ka’bah. Di waktu keluar dari ka’bah beliau membaca ayat ini (An-Nisa ayat 58). Kemudian beliau memanggil Utsman untuk menyerahkan kembali kunci itu. Menurut Umar bin Khattab kenyataannya ayat ini (An-Nisa ayat 58) turun di dalam ka’bah, karena pada waktu itu Rasulullah keluar dari ka’bah, membawa ayat itu, dan ia bersumpah bahwa sebelumnya belum pernah mendengar ayat itu.
·         Tafsir:
Di akhir ayat, ditegaskan bahwa Allah Maha Mendangar lagi Maha Melihat.

إِنَّاللَّـهَكَانَسَمِيعًابَصِيرًا

“Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Imam as Sya’rani memahami ungkapan ini sebagai kode bahwa kita harus mendengar dengan sebaik-baiknya agar bisa bertindak adil. Ketika harus memutuskan suatu hukum, kita harus mendengarkan berbagai keterangan saksi dan bukti yang ada tanpa melewatkan segala hal detil nya. Di samping itu, sebagai hakim (pemutus suatu perkara hukum) kita harus waspada terhadap pandangan, tidak boleh main mata kepada salah satu pihak sehingga menghasilkan keputusan hukum yang timpang. Ungkapan samii’an (Yang Maha Mendengar) didahulukan dari bashiiran (Yang MahaMelihat) karena, menurut Imam as-Sya’rani pula, menjadi perlambang bahwa pengetahuan manusia yang diperoleh dari pendengaran lebih dominan daripada yang berasal dari penglihatan. Meskipun begitu, pengetahuan Allah tanpa batas dengan ‘pendengaran’ dan ‘penglihatan’ yang maha luas dan sama-sama tiada batasnya. WallahuA’lam.
3.      Tanggapan kami dari gambar 3.9
Hal tersebut membuktikan bahwa kebenaran Al Qur'an memang benar adanya. Al Qur'an bukan hanya kitab ilmu agama, namun juga memuat tentang ilmu pengetahuan. Bahkan, Profesor Shroeder, ahli kelautan dari Jerman mengungkapkan kekagumannya akan kebenaran Al Qur'an yang telah diturunkan 14 abad yang lalu telah berbicara mengenai laut dua warna.
Terterang jelas dalam surah Ar Rahman/55:19-22 yang mempunyai arti "Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya ada batas yang tidak dilampui oleh masing-masing. Maka nikmat Allah manakah yang kamu dustakan. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan" serta surah Al Furqan/25:53 "Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi"
4.      Keajaiban lain dalam dunia laut:
a)      Fenomena api di dasar laut
Dua ahli geologi berkebangsaan  Rusia, Anatol Sbagovich dan Yuri Bagdanov bersama rekannya ilmuwan Amerika Serikat (AS), Rona Clint pernah meneliti tentang kerak bumi dan patahannya di dasar laut. Para ilmuwan tersebut, menyelam ke dasar laut sedalam 1.750 kilometer di lepas pantai Miami. Sbagovich bersama kedua rekannya menggunakan kapal selam canggih yang kemudian beristirahat di batu karang dasar laut. Di dasar laut itulah, mereka dikejutkan dengan fenomena aliran air yang sangat panas mengalir ke arah retakan batu.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAuDyc6yy7AUE8VncF_Sea1aVy7Y0U2t9mcIoVap_1IaqSy_sVZpkRsWBGjzhJ8d_BylO66pBi9Xs9qm6lVK_kKVJPOXT0webnR7Tdo8yT8BPc7yxruwwx-e5RMz9DxxQFesmtgt14tJIv/s320/api5.jpg
Gambar 1 Penemuan api di dasar laut

Aliran air itu disertai dengan semburan lava cair panas layaknya api di daratan dan debu vulkanik layaknya asap kebakaran di daratan. Tidak tanggung-tanggung, panasnya suhu api vulkanis di dalam air tersebut ternyata mencapai 231 derajat celcius. Meskipun suhu lava tersebut luar biasa tingginya, ia tidak bisa membuat air laut menguap, dan begitu pula dengan air laut yang berlimpah di sekililingnya, tidak bisa memadamkan api. Subhanallah!

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8qNdwozkToHJ8qNyZshkzkcextT-PRL2hJTL4r3wjMUZ5FCt9zyZGQXns8R7y8z_PRSNHrqMJ7yhE7vUsdnKEOjX1I4gHbDe4m274L5Ze0oaP4dHDhyphenhyphen9V4L68jkX33HYb3ClP7KKdEnsA/s320/api6.jpg
Gambar 2 Aliran air panas diserta semburan lava cair dan debu vulkanik

Mereka menemukan fakta bahwa fenomena alam itu terjadi akibat aliran lava vulkanis yang terjadi di dasar laut, layaknya gunung api bila di daratan. Penemuan tersebut diikuti dengan ditemukannya lebih banyak lagi gunung api aktif di bawah laut yang tersebar diseluruh lautan.

Sesungguhnya, Alquran telah menyebutkan fakta itu sejak 1.400 tahun lalu. Simak firman Allah SWT berikut ini:
  
وَالطُّوۡرِۙ﴿1 وَكِتٰبٍ مَّسۡطُوۡرٍۙ﴿2 فِىۡ رَقٍّ مَّنۡشُوۡرٍۙ﴿3 وَالۡبَيۡتِ الۡمَعۡمُوۡرِۙ﴿4 وَالسَّقۡفِ الۡمَرۡفُوۡعِۙ﴿5 وَالۡبَحۡرِ الۡمَسۡجُوۡرِۙ﴿6 ۙاِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ لوَاقِعٌ ﴿7 مَّا لَهٗ مِنۡ دَافِعٍۙ﴿8 8
Artinya:
"Demi bukit, dan Kitab yang ditulis, pada lembaran yang terbuka, dan demi Baitul Makmur (Ka'bah), dan atap yang ditinggikan (langit), dan demi laut yang di dalam tanahnya ada api, sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak seorangpun yang dapat menolaknya.” (Qs. Ath-Thuur: 1-8)

Bangsa Arab, pada waktu diturunkannya Al-Qur’an tidak mampu menangkap dan memahami isyarat sumpah Allah SWT demi lautan yang  di dalam tanahnya ada api ini. Hal ini disebabkan karena bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna “sajara” sebagai menyalakan tungku pembakaran hingga membuatnya panas atau mendidih. Sehingga dalam persepsi mereka, panas dan air adalah sesuatu yang  bertentangan. Air mematikan panas sedangkan panas itu menguapkan air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan dapat hidup berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang  rusak salah satunya? Persepsi demikian mendorong mereka untuk menisbatkan kejadian ini sebagai peristiwa di akhirat (bukan di dunia nyata).


Hal inilah yang mendorong sejumlah ahli tafsir untuk meneliti makna dan arti bahasa kata kerja “sajara” selain menyalakan sesuatu hingga membuatnya panas. Dan mereka ternyata menemukan makna dan arti lain dari kata "sajara," yaitu “mala'a” dan “kaffa” (memenuhi dan menahan). Mereka tentu saja sangat gembira dengan penemuan makna dan arti baru ini karena makna baru ini dapat memecahkan kemusykilan ini dengan pengertian baru bahwa Allah SWT telah memberikan anugerah kepada semua manusia dengan mengisi dan memenuhi bagian bumi yang rendah dengan air sambil menahannya agar tidak meluap secara berlebihan ke daratan.
Fenomena api di dasar lautan juga telah disampaikan oleh Muhammad SAW. Nabi SAW bersabda: "Tidak ada yang mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji, berumrah atau orang yang berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan terdapat api dan di bawah api terdapat lautan."
Tidak seorang pun di muka bumi ini yang mengetahui fenomena api di dasar lautan ini kecuali baru pada beberapa dekade terakhir. Sehingga lontaran fakta ini dalam hadits Rasulullah SAW benar-benar merupakan kemukjizatan dan saksi yang menegaskan ke-Nabi-an Muhammad SAW dan kesempurnaan ke-Rasul-annya.
b)      Sungai di bawah laut.
Fakta bahwa sebenarnya sungai di bawah laut sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an ialah salah satu fakta yang sangat menakjubkan mengenai Al-Qur’an yang ternyata telah terbukti di kehidupan nyata. Sungai di bawah laut sebenarnya terdengar mustahil bagi logika manusia. Namun pada kenyataannya, hal itu benar-benar ada di dunia ini. Sebelum ada peralatan canggih untuk menyelidiki hal itu, Al-Qur’an telah menuliskan secara terperinci mengenai adanya sungai di bawah tanah tersebut.
Percampuran antara air asin dan air laut yang dapat terpisah secara alami merupakan salah satu bukti kebesaran Allah yang dapat dilihat oleh seluruh umat manusia. Kepada pencinta kumpulan misteri, berikut ini merupakan penjelasan yang lebih terperinci bahwa sungai di bawah laut sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Salah satu bukti dari keajaiban ini berawal dari penelitian seorang ilmuwan yang mengemukakan adanya air tawar di dalam air asin ketika sedang melakukan penyelaman. Pada awalnya, ilmuwan tersebut sama sekali tak percaya bahwa ia sedang menemukan air tawar yang dapat terpisah dengan sendirinya di dalam lautan yang memiliki air asin. Namun ternyata hal itu benar adanya. Ketika diselami lebih dalam lagi, ternyata di dalam laut tersebut terdapat sungai yang memiliki air tawar.
Dalam Surat Al-Furqan ayat 53 yang berbunyi,”Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir berdampingan, yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat asin dan pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan barat yang tidak ditembus.”. Dalam ayat tersebut sudah cukup jelas dipaparkan bahwa sesungguhnya air tawar dan air asin dapat terpisah karena kehendak Allah SWT.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Percobaan Reaksi Pendesakan Logam (Kimia)

Pengertian Strategi Belajar